Skip to main content

Sejarah Gabus Pucung, Makanan Khas Bekasi yang Unik dan Kian Langka

Menikah dengan orang Betawi Bekasi, artinya akan kenal dengan beragam budaya mereka. Termasuk makanan khas Betawi yang menurut saya unik. Sebenarnya, saya pun ada darah Betawi, tapi saya ngga banyak dikenalkan sama beragam kuliner Betawi. Lalu ketika dapat suami orang Bekasi, semua tradisi termasuk ragam kuliner mereka jadi tahu dan merasakan.

Sejarah Gabus Pucung

Termasuk dengan salah satu kuliner khas Bekasi, Gabus Pucung. Awalnya, saya ngga ada selera lihat makanan yang satu ini. Hitam dan ngga ada menarik-menariknya ketika dilihat pun. Tapi herannya, makanan ini jadi salah satu makanan favorit dan langka. Gabus Pucung biasa disajikan di hari-hari besar seperti lebaran. Jadi, menurut orang Bekasi, gabus pucung adalah makanan istimewa.

Sejarah Gabus Pucung

Karena penasaran, akhirnya saya cari tahu kenapa gabus pucung menjadi salah satu makanan yang paling dicari. 

Ketika Belanda masih menjajah, mereka sering sekali mengkonsumsi makanan mewah. Salah satunya aneka ikan seperti ikan mas, mujair, dan bandeng. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan yang mahal dan sulit didapatkan bagi rakyat pribumi.

Hebatnya masyarakat kita adalah tidak diam meratap nasib. Akhirnya, masyarakat Betawi mencari alternatif ikan dan ketemulah dengan ikan gabus, yang saat itu mudah didapat. Ikan gabus banyak hidup dan ditemukan di rawa-rawa, empang, hingga sungai. Dulu kan Jakarta dan Bekasi masih banyak rawa dan sawah, sehingga sangat mudah mendapatkan ikan gabus.

Sayur Gabus Pucung

Begitu juga dengan pohon Pucung atau kluwek. Banyak tumbuh di pinggiran sungai. Dari situlah akhirnya, masyarakat betawi mengolah ikan gabus menggunakan Pucung. Dulu, makanan ini menjadi makanan harian mereka. Gabus pucung mulai terkenal di Bekasi sekitar tahun 1980an. Walau kehadiran sudah jauh dari itu ya. Gabus pucung ini kuahnya mirip rawon yang hitam. Karena memang sama-sama menggunakan kluwek.

Kini, Gabus Pucung menjadi makanan yang kehadirannya menjadi salah satu tradisi di Bekasi. Ketika akan masuk bulan Ramadan, ada tradisi nyorog. Nyorog sendiri artinya memberi. Biasa dilakukan anak kepada orangtua atau menantu ke mertua atau dari yang muda ke yang lebih tua. Dengan rantang berisi nasi, gabus pucung dan makanan lain, mereka mengantarkan sebagai tali kasih. Kalau di sekitar rumah saya, jelang puasa pasti banyak yang bawa-bawa rantang untuk nyorog ke rumah orangtua. 

Ketika lebaran, gabus pucung pasti akan jadi salah satu menu yang dimasak. Selain pecak bandeng yang juga khas. Gabus pucung memiliki rasa yang gurih, asin, dan pedas. Cara memasaknya, ikan gabus digoreng terlebih dulu, setelah itu baru dicampur dengan kuah pucung.

Sekarang, ikan gabus menjadi salah satu ikan yang mahal. Karena katanya sudah langka juga. Jadi kalau makan gabus pucung berasa lagi banyak uang aja. Di resto atau rumah makan Betawi pun, gabus pucung harganya cukup mahal tiap porsinya. Walau begitu, penggemarnya tetap banyak. Karena jadi salah satu makanan paling diminati.

Kalau baca sejarah gabus pucung ini sedih ya. Gimana masyarakat kita, di tengah keterbatasan, saking pengen makan ikan, akhirnya mengolah yang bisa ditemui. Tapi akhirnya, kuliner ini juara di hati masyarakat Betawi, khususnya Bekasi.


Comments

Most Wanted