Skip to main content

Mengunjungi Uluwatu, Hati-Hati Dengan Monyetnya


Salah satu destinasi wisata ketika berlibur di Bali adalah Uluwatu. Tempatnya begitu eksotis dan sangat indah. Apalagi disini banyak sekali monyet yang dibiarkan berkeliaran bebas. Menambah daya tarik para wisatawan lokal dan asing untuk singgah. 

Lokasi Uluwatu ada di daerah perbukitan pecatu selatan, desa pecatu kecamatan Kuta, Badung. Jika dari kota Denpasar, kurang lebih 30 KM ke arah selatan. Melewati kawasan pariwisata Kuta, bandara Ngurah Rai Tuban dan desa Jimbaran. Yang menariknya, Uluwatu terletak 100 meter di atas permukaan laut. 

Backgound Yang Menggoda Untuk Kembali Lagi
Kunjungan saya ke Uluwatu pun karena penasaran dengan monyet-monyet itu. Papah saya bercerita kalau monyet-monyet di Uluwatu itu agresif. Dalam hati saya, duh.. harus hati-hati dong. Sebelum memasuki tempat para monyet berkeliaran, di pintu masuk, para pengunjung diberikan selendang untuk diikatkan di pinggang. Sebenarnya saya kurang paham apa maksudnya, ya.. tapi dipakai saja lah. Mungkin sebagai tanda sebagai pengunjung Uluwatu. Bagi pengunjung yang memakai celana pendek, maka selendangnya harus dipakai menutupi seluruh kaki seperti memakai sarung. Untuk mencegah jika tiba-tiba ada monyet yang ingin mencakar. 

Memasuki kawasan Uluwatu, saya dan keluarga langsung disuguhi pemandangan monyet-monyet yang berlarian kesana kemari. Karena tidak terbiasa melihat monyet lepas, saya dan anak-anak awalnya takut juga. Takut kalau-kalau ada monyet yang mendekat dan mencakar. Tapi, lama-lama kami bisa beradaptasi. 

Di uluwatu ada bukit yang bisa dinaiki. Jalan setapaknya pun bagus dan bukan bebatuan. Ada anak tangga yang harus kami lalui untuk sampai di atas bukit. Lelah sih, tapi akan terbayar dengan view yang Masya Allah sangat sangat sangat indah memesona. Laut terhampar luas tak terbatas. Saya sampai memicingkan mata untuk bisa memandangi laut yang sangat luas itu. Deburan ombak jadi sound paling merdu di dunia, Jika saja saya pergi sendiri ke tempat ini, pasti saya akan betah disini. Menghabiskan hari sambil menanti matahari tenggalam. 

Di bukit ini, kegiatan yang tidak boleh dilupakan adalah berfoto. Dengan background laut yang indah, saya dan anak-anak pun mengambil gambar. Duduk-duduk sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Hingga saatnya kami pun harus segera turun.


Kembali ke area monyet-monyet berkeliaran, tiba-tiba insiden itu terjadi. Anak saya menjerit ketakutan dan menangis ketika seekor monyet mengambil sepatunya dengan paksa. For your information, tidak disarankan memakai sandal atau sepatu yang mudah lepas jika berkunjung ke Uluwatu. Karena monyet-monyet di sini sangat terobsesi mengambil barang-barang yang mudah diambil, terlebih ketika kita lengah. Kacamata pun jangan dipakai. Karena neneknya anak-anak harus ikhlas ketika seekor monyet mengambil kacamatanya dan meremasnya tanpa ampun. Kacamata itu hancur dan mustahil bisa dipakai lagi. 
Lihat Betapa Jahilnya Monyet Uluwatu Dengan Keponakan Saya 
Bagaimana nasib sepatu itu? suami saya ternyata tidak menyerah begitu saja. Dia mengambil makanan, membujuk sang monyet agar mau menukarnya dengan sepatu. Awalnya sang monyet menolak, sambil terus memainkan sepatu anak saya. Suami tak patah semangat, ia terus membujuk dan membujuk dengan pelan. Karena jika gegabag, maka sepatu itu tidak akan pernah dikembalikan. Yang ada dihancurkan atau dilempar ke laut. 

Setelah beberapa menit, akhirnya sang monyet mau mengembalikan sepatu anak saya. Alhamdulillah. Si ade pun senang sepatunya kembali. 

Selain bukit, ada juga wihara yang aktif digunakan untuk sembahyang orang hindu di Bali. Saat kami datang, belum ada kegiatan sembahyang. Jadi, kami bisa berfoto-foto serta berkeliling wihara. Turis yang datang ke Uluwatu memang sangat banyak. Ada yang dari Jepang, Perancis, Jerman dan Bekasi. 

Karena, sudah lelah. Kami memutuskan untuk pulang. Rasanya ingin berlama-lama di Uluwatu. Terlebih saya belum sempat sampai di Pura Uluwatu yang terkenal itu, walau sudah berada di kawasan Uluwatu. Uluwatu juga sering dijadikan tempat pertunjukan tari kecak. Namun, saat saya dan keluarga berkunjung, pertunjukan belum dimulai. 


Liburan kami dibatasi waktu, jadi hari yang ada harus dibagi-bagi untuk bisa mengunjungi destinasi lain. Ya... semoga ada kesempatan untuk bisa kembali ke Bali. 






Comments

  1. Saya pernah kesini saat tahun 2011 lalu, dan monyet suka sama warna ungu dan merah soalnya temen saya saat pake baju merah selalu dikejar" dan kacamatanya dibuang ke laut -,- . Asli birunyaaaa uluwatu kereeeen

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya... monyet di uluwatu emang agresif gitu >__< kacamta neneknya anak-anak pernah diambil trus dipatahin trus dibuang, tinggal neneknya melongo.

      Delete
  2. katanya selain disini ada lagi yang keren di Monkey Forest nya langsung ya mak di Ubud?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, monkey forest. Waktu itu ngga sempet masuk, cuma sampe depannya aja. soalnya dari pintu gerbang ke tempat monyetnya itu jalannya lumayan jauh.

      Delete

Post a Comment

Most Wanted